Fatwa Berkaitan Etil Alkohol Dalam Makanan
Tarikh Keputusan: 29 Jun, 2010
Huraian Tajuk/Isu: Fatwa Berkaitan Etil Alkohol Dalam Makanan
Keputusan: Dimaklumkan bahawa telah dibincang dan dibahaskan oleh Jawatankuasa Fatwa Negeri Johor pada 16 Rejab 1431 bersamaan 29 Jun 2010. Setelah dilihat dengan penuh penelitian, maka keputusannya adalah seperti berikut.
Alahamdullilah fatwanya :
1.Setiap minuman arak mengandungi Alkohol Etanol yang memabukkan tetapi bukan semua alkohol itu dari arak. Alkohol dari proses pembuatan arak hukumnya haram dan najis.
2.Minuman ringan yang dibuat sama caranya dengan membuat arak samada mengandungi sedikit alkohol atau alkohol yang disulingkan adalah haram diminum.
3.Minuman ringan yang dibuat bukan untuk dijadikan arak atau bukan yang memabukkan dan tidak sama caranya dengan proses arak adalah halal.
4.Alkohol yang terjadi sampingan dalam proses pembuatan makanan dan minuman tidak najis dan boleh dimakan.
Kandungan Etil Alkohol yang terdapat di dalam makanan dan minuman yang dibenarkan adalah tidak lebih daripada 0.01%.
Proses Pembuatan Alkohol (Etanol)
Alkohol (etanol) dapat diproduksi melalui dua cara:
1.Cara petrokimia (proses dari bahan bakar fosil) melalui hidrasi etilena. Etanol hasil hidrasi ini biasa digunakan sebagai feedstock (bahan sintesis) untuk menghasilkan bahan kimia lainnya atau sebagaisolvent (pelarut).
2.Cara biologis melalui fermentasi gula dengan ragi (yeast).
Minuman beralkohol dibuat dengan cara fermentasi dari bahan baku yang mengandung gula cukup tinggi. Ragi yang umum digunakan adalah Saccharomyces cerevisiae. Ragi ini mengeluarkan enzim yang digunakan untuk memecah gula seperti glucose maupun fructose menjadi etanol dan karbon dioksida
Proses utamanya adalah :
C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2
Lamanya proses fermentasi tergantung kepada bahan dan jenis produk yang akan dihasilkan. Proses pemeraman singkat (fermentasai tidak sempurna) yang berlangsung sekitar 1 – 2 minggu dapat menghasilkan produk dengan kandungan etanol 3 – 8 %. Contohnya adalah produk bir. Sedangkan proses pemeraman yang lebih panjang (fermentasi sempurna) yang dapat mencapai waktu bulanan bahkan tahunan seperti dalam pembuatan wine dapat menghasilkan produk dengan kandungan etanol sekitar 7-18 %.
Alkohol yang biasa digunakan dalam minuman keras adalah etanol (C2H5OH) dan proses fermentasi Kompucha yang menggunakan cara yang sama dalam pembuatan bir dan wine juga menghasilkan struktur etanol yang sama.
Beberapa petikan dari pakar..
After a week or two of fermentation, the liquid is tapped. Some liquid is retained to keep the pH low to prevent contamination. This process can be repeated indefinitely. In each batch, the "mother" culture will produce a "daughter", which can be directly handled, separated like two pancakes, and moved to another container. The yeast in the tapped liquid will continue to survive. A second wait time for about a week can produce more carbonation.
The big advantage of a secondary anaerobic fermentation is that it reduces the sugar without sacrificing the taste. Most folks do a Second Stage to increase carbonation. But be aware this will also increase the alcohol content as. The aerobic kombucha ferment results in only about 0.5% alcohol, but with an anaerobic ferment and anaerobic yeasts the bottled kombucha goes up to around 2% alcohol. (beer is around 4%, and wine 7%)
No comments:
Post a Comment